Kamis, 07 Mei 2015

BIOGRAFI KH. KATHUR SUHARDI | NARASUMBER SEMINAR NASIONAL KEAJAIBAN BEKAM


History
Setiap orang, setiap sesuatu dan setiap benda mempunyai sejarahnya sendiri-sendiri. Setiap orang mempunyai sejarahnya sendiri-sendiri. Anda juga mempunyai sejarah sendiri. Begitu pula Ustadz Kathur Suhardi dan istri, Aminah Syafa’ah beserta ASSABIL Holy Holistic (AHo2). Hingga menjadi seperti sekarang, ada perjalanan yang harus dilalui, ada suka duka, ada duri dan rintangan, ada proses dan tahapan yang berkelanjutan, ada proses pematangan, ada eksperimen berisiko tinggi, ada proses pembelajaran, ada diskusi dengan beberapa pakar medis, bukan sekedar pemasakan dengan cara karbitan, bukan pagi kedela sore tempe. Sekali lagi, ini sejarah.


Prolog Sebelum Masuk ke Tahapan
Ustadz Kathur Suhardi memiliki basic akademis di pondok pesantren, mengajar di beberapa pondok pesantren, lalu menerjemahkan buku dari bahasa Arab ke Bahasa Indonesia dan pernah menyabet predikat sebagai penerjemah favorit atas pilihan pembaca dan pengunjung di Islamic Book Fair di Senayan. Lupa tahun berapa. Bahkan berapa judul yang pernah diterjemahkan, juga lupa. Bahkan buku-buku yang pernah diterjemahkan habis dimintai teman-teman dekat. Sekedar kira-kira, minimal 300 judul buku, besar dan kecil dengan keragaman topiknya. Penerjemahan dimulai secara otodidak, ketika penerjemah di dalam negeri kala itu (1989) masih dapat dihitung jumlah jari tangan. Tapi lumayanlah, karena sebelumnya sudah aktif mengarang fiksi. Jadi untuk pindah ke terjemahan, rasanya enjoy-enjoy saja. Selain profesi penerjemah, juga menjadi staf ahli redaksi di beberapa penerbit Islam. Kalau mungkin seorang penerjemah harus mencari sendiri buku-buku yang hendak diterjemahkan, atau bahkan menerjemahkan terlebih dahulu baru menawarkannya ke penerbit (bisa diterima atau bisa ditolak), tidak dengan Ustadz Kathur, hanya berhubungan dengan satu penerbit pun, setidak-tidaknya ada 2 atau 3 buku yang ngantri untuk diterjemahkan. Jadi kalau mau bekerja 24 jam tanpa istirahat, insya Allah tidak akan kehabisan stok terjemahan. Maka dengan kondisi seperti ini, tawaran penerjemahan dari penerbit lain tentu akan ditolak. Beginilah enaknya kalau sudah punya nama. Ini bukan ujub atau nyombong. Maksudnya, ada satu dua penerbit yang pada awal memulai karir sebagai penerjemah, yang menolak terjemahan yang ditawarkan Ustadz Kathur, justru belakangan berbalik menawarkan penerjemahan. Oya, dengan istri pula pernah diserahi menangani santri-santri narkoba di Jonggol Bogor dan juru penerang HIV/AIDS, bekerja sama dengan seorang dokter yang menjalin kerja sama dengan PBB.

Sementara Ustadzah Aminah Syafa’ah, istri Ustadz Kathur, memiliki basic kedokteran, tepatnya di FK UGM Jogjakarta. Tak melanjutkan karena tak ada duit. Dapat kuliah di FK pun sudah lumayan berkat ada orang yang berbaik hati membantu uang perkuliahan (maksudnya tidak termasuk buku-buku refrensi kedokteran yang harganya jelas nggak kejangkau dan tetek-bengeknya). Oya, Ustadzah Aminah kuliah di FK UGM dapat dibilang nggak sengaja dan main-main. Iseng. Ada riwayatnya. Waktu tes Sipenmaru (begitu namanya waktu itu), ikut tes benar-benar hanya main-main dan iseng. Ngetes IQ. Begitulah kira-kira. Saat tes tulis, ada seorang calon mahasiswa yang posisinya tepat di belakangnya, memaksa nyontek, sama persis, murni, asli 100% dengan jawaban Ustadzah Aminah. Setelah tes, Ustadzhah kembali ke Banyuwangi untuk mengajar di Tsanawiyah, SMEA dan SMU di sana, dengan modal ijazah (Sarjana Muda) IAIN Fakultas Syariah. Nggak usah bingung, karena saat menggarap skripsi hingga ujian munaqasah itulah, Ustadzah ikut tes ke FK UGM. Kalau semua calon mahasiswa deg-degan saat melihat pengumuman di koran, tidak dengan Ustadzah, dia tenang-tenang saja di kampungnya. Boro-boro melihat koran, yang dilihat pun tak ada karena koran tak masuk ke kampungnya. Si calon mahasiswa yang “nyontek” waktu tes, datang sambil jingkrak-jingkrak, “Mbaaaak, kita luluuus, kita luluuuus. Ayo kita daftar ulang.” Atas nepotisme dengan si penyontek itulah, akhirnya dia nodong ayahnya agar menyubsidi Ustadzah Aminah untuk kuliah di FK, sambil berkisah kepada bapaknya, kalau aku nggak nyontek ke Mbak Aminah ini, aku nggak lulus Pak. Begitu katanya. Jangan su’udzh-zhan, ini bukan pekerjaan perjokian lho.

Pertanyaan Besar…!?
Lalu bagaimana kok bisa-bisanya Ustadz Kathur banting setir dari penulisan dan penerjemahan buku ke dunia pengobatan? Apalagi tanpa basic medis?

Tahap Pertama: Era Penerbitan Buku
Ustadz Kathur mendirikan ASSABIL pada tahun 2001, dimulai dari bidang penerbitan buku-buku Islam, berupa terjemahan dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia dan juga buku-buku karangan. Berangkat dari penerjemahan dan publikasi buku tentang Pengobatan Nabawi khususnya hijamah / bekam pada tahun 2002, yang merupakan buku pertama tentang hijamah / bekam yang beredar di Indonesia, maka pada tahun 2003 merupakan awal era baru dalam reformasi terapan hijamah / bekam secara umum, melalui innovasi, eksperimen, diskusi dengan para dokter, pembelajaran dan telaah tentang efektifitas hijamah / bekam, eksperimen titik-titik hijamah / bekam yang didasarkan pada kajian anatomis, fisiologis dan patologis, tentu saja innovasi dalam penggunaan instrumentarium yang medical, steril dan bermartabat. Pasalnya, sebelum masa itu, para penghijamah yang ada, hampir tidak didapati yang mampu mengangkat pamor hijamah / bekam hingga ke derajat yang sedikit bermartarbat, karena alat yang digunakan sekenanya, tidak steril dan tidak ada pendekatan standar medis modern
Seiring dengan perjalanan waktu, pada tahun 2005 ASSABIL Holy Holistic (Aho2) membuat dan menerbitkan CD hijamah / bekam dengan pendekatan Sunny, steril dan higienis.

Tahap Kedua: Wacana Baru untuk Mendongkrak Martabat Hijamah / bekam
Selama setahun, eksperimen dilakukan secara internal yang lebih ditekankan pada aspek penggunaan instrumen yang steril, terapan yang medical dan diskusi dengan beberapa dokter. Tentu saja dengan perujukan ke buku-buku refrensi dalam bidang kedokteran, CD kedokteran, kitab-kitab kuning, kitab-kitab hadits, syuruuh dan kedokteran Islam.

Pada awal tahun 2004 merupakan Tahap kedua yang ditandai dengan keberanian AHO2 untuk mendakwahkan Ath-Thibb An-Nabawy khususnya hijamah / bekam secara luas, dengan penyelenggaraan pelatihan hijamah / bekam di berbagai kota di Jawa, yang dikompori beberapa sebab paling krusial:
Hampir semua terapan hijamah / bekam yang ada tidak mempedulikan unsur sterilisasi alat maupun terapan yang memenuhi standar medis, seperti penggunaan silet sebagai alat penyayat, tissu untuk pembersihan darah dan penggunaan alat-alat yang sangat jauh dari standar pengobatan
Pendekatan terapan hijamah / bekam yang sunny sangat kurang, karena mayoritas terapan hijamah / bekam menggunakan jarum khusus yang disebut lancet. Memang alat ini steril, tapi metodenya bukan berupa syarthoh atau torehan.
Tidak ada pendekatan ilmiah pada penetapan titik sesuai dengan kasus penyakit yang ditangani. Dominasi hijamah / bekam hanya pada penghijamah dan tidak ada tranfer pengetahuan dan pendakwahan kepada masyarakat luas

Tahap Ketiga: Penerbitan Poster Anatomi Hijamah / bekam
Melalui tahapan pembelajaran, eksperimen, kerja sama dengan beberapa dokter, masukan dari berbagai pihak, terutama dari para pasien malpraktik hijamah / bekam yang dilakukan para penghijamah yang tidak kapabel hingga uji lab terhadap darah hijamah / bekam, maka AHO2 menerbitkan poster berisi kode titik-titik hijamah / bekam, beserta buku uraiannya yang memuat berbagai kasus penyakit, yang secara khusus untuk menunjang kelancaran pelatihan hijamah / bekam yang diselenggarakan di berbagai propinsi, dari Aceh hingga Nusa Tenggara, dan secara umum dapat menjadi rujukan setiap penghijamah yang tidak mengikuti pelatihan yang diselenggarakan AHO2, dengan judul: ANATOMI HIJAMAH TITIK-TITIK BEKAM. Disebut anatomi, karena mayoritas titik-titik yang dibuat didasarkan atas kajian anatomis, yang juga pada alasan fungsi anatomi atau disebut fisiologi. Jumlah titik sebanyak 135, yang meliputi semua organ tubuh inti dari kepala hinga kaki.

Tahap Keempat: Dakwah Thibb Nabawi Melalui Pelatihan
Berangkat dari empat alasan di atas tentang kondisi terapan hijamah / bekam yang ada pada saat itu, AHO2 meningkatkan intensitas pelatihan hijamah / bekam dari satu kota ke lain kota sejak 2004 hingga 2007, dengan sasaran peserta adalah masyarakat umum, tanpa batasan jenjang pendidikan, usia dan jenis. Alhamdulillah, tidak kurang dari 150 dokter pernah bergabung dalam pelatihan hijamah AHO2, hingga angkatan ke-62 pada penutup tahun 2007. Yang membanggakan, Aho2 diundang mengadakan pelatihan hijamah / bekam yang diselenggarakan di Rumah Sakit Zainab Pekanbaru, atas prakarsa dan undangan rumah sakit bersangkutan dan Rumah Sakit Tabrani, yang diikuti para dokter, perawat dan masyarakat umum.

Praktisi medis terbanyak yang mengikuti pelatihan hijamah AHO2 pada angkatan ke-45 di Villa Wijaya 2 Kaliurang Jogjakarta, yakni sebanyak 16 peserta dari jumlah total 85 peserta. Para dokter yang pernah bergabung meliputi spesialis penyakit dalam, anestesi, jantung, paru dan mayoritas dokter umum. Bahkan beberapa dokter lebih dikenal sebagai penghijamah daripada profesi dokternya.

Peserta pelatihan juga berasal dari berbagai kota. Artinya, ketika pelatihan diselenggarakan di Semarang umpamanya, ada beberapa peserta yang berasal dari luar Jawa. Begitu pula saat pelatihan diselenggarakan di klinik Aho2, boleh jadi pesertanya berasal dari Palembang, Aceh, Jombang, Bali atau kota-kota lainnya.
Hingga bulan Agustus 2008 atau sebelum Ramadhan, sudah terselenggara pelatihan sebanyak 73 angkatan. Adapun kota-kota yang pernah disinggahi pelatihan hijamah AHO2 adalah:
- Lohseumawe - Johor Bahru Malaysia
- Meulabuh - Batam
- Jakarta (+- 30X) - Bogor (3X)
- Bandung (2X) - Pekanbaru
- Serang Banten (2X) - Cikarang
- Cirebon (2X) - Semarang (3X)
- Surakarta - Madiun (3X)
- Surabaya - Taliwang Sumbawa Barat
- Balikpapan - Bontang
- Melak Kutai Barat - Pekalongan
- Cilacap - Penajem Kal-Tim
- Wonosobo - Jombang
Yang namanya dakwah, Aho2 harus siap dengan berbagai macam resiko yang harus ditanggung, terutama pada tahun-tahun awal pelaksanaannya..
Instansi yang paling aktif menyelenggarakan pelatihan adalah BULOG Pusat, sebanyak tiga kali, terutama untuk pembekalan karyawan yang menjelang pension. Peserta pelatihan tidak dipungut biaya dan hanya membayar pengganti alat-alat praktikum saja. Bahkan terkadang Aho2 dan BULOG Pusat menyelenggarakan Bakti Sosial, melayani pasien secara gratis dan juga mendapatkan obat gratis. Instansi lain seperti PT. Arun Lokseumawe, Yayasan Nyat Kadir Batam, Pemda Kabutan Sumbawa Barat

Tahap Kelima: Era Penanganan Pasien & Pengembangan Laborat
Intensitas pelatihan hijamah / bekam sejak 2007 relatif berkurang, terutama untuk pelatihan luar kota, karena ASSABIL Holy Holistic lebih konsentrasi pada penanganan pasien, pengobatan berbagai macam kasus, perhatian terhadap perkembangan pasien dari waktu ke waktu, terutama pasien-pasien kronis dan akut, terutama lagi yang secara kedokteran modern sudah tidak dapat ditangani dan terlalu sulit untuk disembuhkan, seperti beberapa kasus kanker otak, nasofaring, payudara, kista rahim, dengan keragaman stadiumnya, bahkan cukup banyak yang termasuk stadium lanjut. Di samping kanker adalah kasus toxoplasma, hepatitis, Parkinson, vertigo, yang secara medis terlalu sulit untuk disembuhkan, namun alhamdulillah Aho2 sudah menangani beberapa kasus ini, dan alhamdulillah semua jenis penyakit dan virus ini dapat tersembuhkan dengan hijamah / bekam, walau proses dan waktu yang diperlukan tidak merata untuk beberapa orang walau dengan kasus yang serupa.
Dalam rangka pendekatan ilmiah, Aho2 juga melakukan uji laborat beberapa kali terhadap darah hijamah / bekam, bekerja sama dengan beberapa dokter dan radiolog, namun hasilnya belum terlalu optimal, sehingga diambil kesimpulan untuk sementara waktu hasil uji lab tersebut belum dipublisir ke masyarakat umum.

Tahap Keenam: Penerbitan Buku Hijamah / bekam
Sejak pertengahan tahun 2006 Aho2 sudah memulai penulisan satu buku tentang Thibb Nabawi dan hijamah / bekam pada khususnya. Namun hingga Oktober 2008, buku yang dimaksud belum juga klar. Sebenarnya naskah sudah selesai dan bahkan sudah dalam format setting. Namun naskah masih berada di tangan empat orang dokter untuk diedit dan dikoreksi sejak Agustus. Pasalnya, buku ini terlalu sarat dengan nuansa kedokteran dan istilah-istilah medis. Insya Allah cukup tebal, hamper 600 halaman dengan format besar.

Diharapkan sekitar dua bulan lagi buku sudah tercetak dan dipublisir, agar menjadi gebrakan dalam dunia pengobatan dan kedokteran, menjadi trigger untuk semua lapisan agar hijamah / bekam menjadi sumber pengobatan.
Dalam buku yang segera terbit ini juga akan disampaikan berbagai macam penyakit beserta titik-titiknya, yang jauh lebih banyak daripada penyakit-penyakit yang sudah disebutkan dalam buku Uraian Kode.

Tahap Ketujuh: Membuka Diri
Pada tahapan-tahapan ini secara tidak sengaja ada beberapa tawaran dari radio dan televisi untuk tayang, baik on air maupun off air. Dengan kata lain, sebelumnya Aho2 hampir tidak membuka diri, sedikit pun melalui promosi, iklan, brosur atau apa pun, kecuali melalui pelatihan dan penanganan pasien-pasien yang mungkin secara “kebetulan” mengetahui keberadaan Aho2.

Ketika ada tawaran dari salah satu stasiun televisi swasta nasional untuk on air, dan akhirnya benar-benar tayang selama 15 menit, klinik AHo2 overload, tak mampu menampung pasien. Bahkan pada hari siaran itu, ada lebih dari 60 penelepon ke AHo2. Tambahan lagi dengan siaran di radio setelah itu.
Hal ini terjadi, boleh jadi karena AHo2 menawarkan sesuatu yang lain dalam terapan hijamah / bekam, terutama dalam hal penggunaan alat-alat yang harus serba steril dan terapan yang sesuai standar sterilisasi. Sebagai misal, kalau para penghijamah yang sebelumnya begitu aktif melakukan siaran, menggunakan tissue untuk membersihkan darah, maka AHo2 menggunakan kasa sterile, yang memang seharusnya begitu. Bahkan ada seorang penghiijamah yang menegaskan, “Dimana-mana, yang namanya penghijamah ya menggunakan tissue untuk membersihkan darah. Itu sudah lazim. Itu sudah lumrah.” Mungkin dia tidak rela atas penekanan AHo2 dalam siarannya bahwa pembersih darah hijamah / bekam “harus” menggunakan kasa steril.

Tahap Kedelapan: Program Uji Klinis
Bahkan untuk tahap berikutnya, Aho2 diharapkan dapat meluncurkan beberapa buku lain yang lebih sarat dengan pendekatan ilmiah dan uji klinis terhadap beberapa kasus penyakit. Karena itu Aho2 menunggu kesepakatan kerja sama dengan beberapa dokter dan rumah sakit untuk kepentingan tersebut, demi mengangkat citra hijamah / bekam. Karena apa? Dari sedikit eksperimen dan penelitian yang sudah dilakukan selama ini, terjadi peningkatan yang sangat signifikan untuk beberapa kasus yang terlalu berat untuk dapat ditangani secara medis modern, seperti halnya kasus toxoplasma, bahwa dalam setiap kali hijamah / bekam, pasien mengalamai penurunan kadar rata-rata 0.3 untuk satu kali hijamah / bekam. Sehingga dengan empat kali hijamah di Aho2, pasien sudah dinyatakan negative dengan kadar 0.1. Hal serupa juga terjadi pada pasien hepatitis, bahwa setiap kali hijamah / bekam, terjadi penurunan kadar yang cukup signifikan.

Karena itulah pengembangan hijamah / bekam hingga kepada uji klinis, harus melibatkan para ahli di bidangnya dan tentunya harus dilakukan di rumah sakit. Sebab hingga kini, belum ada satu pun institusi kedokteran Islam yang tertarik pada hal ini. Padahal ini merupakan lahan yang belum tergarap.

Dalam suatu diskusi dengan seorang dokter, AHo2 mencoba menjelaskan hal ini kepadanya. Tapi dokter tersebut selalu bilang, “Apa landasannya? Apa rujukannya?”
Aho2 menjawab, “Kita tidak merujuk ke buku tertentu atau orang tertentu, tapi kita akan menciptakan sebuah refrensi baru yang akan digunakan orang lain. Bukan kita yang merujuk kepada orang lain tapi orang lain yang akan merujuk kepada kita.”

1 komentar:

  1. Play Online Casino | Top Rated Online Casino for 2021
    Play Online Casino | Top 카지노 Rated Online Casino for 2021 If you are looking to 1xbet play at online casino, you need to decide which casino you 인카지노 want to play

    BalasHapus